Me & My WiFe!!

Me & My WiFe!!

Monday, March 28, 2011

GAGAL MELIHAT KAABAH




Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya itu. Sebagai muslim yang mampu secara materi, mereka memang berkewajiban menunaikan ibadah Haji. 

Segala perlengkapan sudah disiapkan. Singkatnya ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. keduanya sihat walafiat. Tiba harinya mereka melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. "Labaik allahuma labaik, aku datang memenuhi seruanMu ya Allah". Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, "Ummi undzur ila Ka'bah (Bu, lihatlah Ka'bah)." Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna hitam itu. Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak bergerak, ia terdiam. Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya. Hasan kembali membisik ibunya. Ia  bingung melihat raut wajah ibunya. Di wajah ibunya nampak kebingungan. Ibunya sendiri tak tahu mengapa ia tak melihat apapun selain kegelapan. beberapa kali ia mengusap-usap matanya, tetapi apa yg nampak hanyalah kegelapan. Padahal, tak ada masalah dengan kesihatan matanya. Beberapa minit yang lalu ia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gelita. Tujuh kali Haji Anak yang sholeh itu bersimpuh di hadapan Allah. Ia shalat memohon keampunan-Nya. Hati Hasan begitu sedih. Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya. Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang sungguh-sungguh, Ibunya akan dapat melihat Kaabah. Anak yang saleh itu berniat akan kembali membawa ibunya pergi haji tahun depan. namum tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya masih juga tidak dapat melihat Ka'bah, tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan symbol persatuan umat Islam itu. Hasan tidak berputus asa. Ia i membawa lg ibunya ke tanah suci pada tahun berikutnya. Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka'bah. Setiap kali berada di Masjidil Haram, apa yg dilihat di matanya hanyalah gelap dan gelap. Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah. hingga kejadian itu berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji. Hasan tak tahu apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta di depan Ka'bah. Padahal, setelah berjauhan dari Ka'bah, penglihatannya  normal. apakah ibunya punya dosa sehingga mendapat azab dari Allah SWT ?. Apa yang telah dilakukan ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu ? Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya.

Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama, yang dapat membantu masalahnya.kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal karana kesholehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat). Hasan dapat bertemu dengan ulama yang dimaksud. Ia pun menceritakan masalah kepada ulama tersebuti. Ulama itu meminta agar Ibu dari hasan menelefonnya. Setibanya di tanah kelahirannya, ia meminta ibunya menghubungi ulama di Abu Dhabi tersebut. Ia pun menelefon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanah suci. Ulama itu kemudian meminta Sarah mengingati kembali, mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu, sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah. Sarah diminta untuk bersikap terbuka, menceritakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya. "Anda harus berterus terang kepada saya. Sarah terdiam sejenak. Kemudian ia meminta waktu untuk berfikir. Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat khabar dari Sarah. Setelah 2 minggu akhirnya Sarah menelefon. "Ustad, waktu masih muda, saya bekerja sebagai nurse di rumah sakit," cerita Sarah. "Oh, bagus..... Pekerjaan nurse adalah pekerjaan yg mulia," potong ulama itu. "Tapi saya mencari wang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara saya itu halal atau haram," ungkapnya terus terang."Disana...." sambung Sarah, "Saya sering kali menukar bayi, karena tidak semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan, dengan wang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan mereka." Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah. "Astagfirullah......" sangup wanita itu menyakiti hati para ibu yang diberi amanah Allah untuk melahirkan anak. bayangkan, betapa banyak keluarga yang telah ditipu. Apakah Sarah tidak tahu, bahwa dalam Islam menjaga anak atau keturunan sangat penting. Padahal, anak ini penentu dalam perkawinan, terutama dalam masalah mahram atau muhrim. "Cuma itu yang saya lakukan," ucap Sarah. "Cuma itu ?" tanya ulama. "Tahukah anda bahwa perbuatan Anda itu dosa yang besar, bertapa banyak keluarga yang sudah Anda hancurkan !". ucap ulama dengan nada tinggi. "Lalu apa lagi yang Anda lakukan ?" tanya ulama itu lagi sedikit kesal. "Di rumah sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati." "Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia," kata ulama "Ya, tapi saya memandikan orang mati dan berkerja sama dengan ahli sihir." "Maksudnya ?". tanya ulama tidak faham.

Akan tetapi saya tidak menguburnya. melainkan saya masukkan benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati ." "Suatu hari, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan lain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti terpelanting, tidak mau masuk, walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam. Benda-benda itu selalu tetap juga keluar. Saya cuba lagi begitu seterusnya berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan." Mendengar cerita Sarah yang tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah. "Cuma itu yang kamu lakukan ?". "Masya Allah....!!! Saya tidak dapat bantu anda. Saya angkat tangan". Ulama itu amat  terkejut mengetahui perbuatan Sarah. Tidak pernah terbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi ia adalah wanita, yang memiliki nurani sebegitu. begitu keji. Tidak pernah terjadi dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu. Akhirnya ulama itu berkata, "Anda harus memohon ampun kepada Allah, kerana hanya Dialah yang boleh mengampuni dosa Anda." Bumi menolaknya Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulama tidak mendengar khabar selanjutnya dari Sarah. Akhirnya ia mendapat tahu dengan menghubunginya melalui telefon keluarga Hasan di mesir. Kebetulan yang menjawab telefon adalah Hasan sendiri. Ulama menanyakan kabar Sarah, ternyata kabar duka yang diterima ulama itu. "Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelefon ustaz," ujar Hasan Ulama itu terkejut mendengar khabar tersebut. "Bagaimana ibumu meninggal, Hasan ?". tanya ulama itu. Hasanpun akhirnya bercerita : Setelah menefon ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah. Ketika tanah sudah digali, kemudian dimasukkan jenazah atas izin Allah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggali mencari lokasi lain untuk digali. Peristiwa itu terulang kembali. Tanah yang sudah digali kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa itu berlangsung begitu cepat, sehingga tidak seorangpun pembawa jenazah yang menyadari bahwa tanah itu kembali rapat. Peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Para pembawa jenazah yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan sesuatu yang aneh terjadi. Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah berkaitan dengan perbuatan si mayat. Waktu terus berlalu, para penggali kubur putus asa. Siang pun berlalu, petang menjelang, bahkan sampai hampir maghrib, tidak ada satupun lubang yang berhasil digali. Mereka akhirnya pasrah, dan pulang. Jenazah itu dibiarkan saja di hamparan tanah kering kontang. Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak mahu meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu. Kalaupun dibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan termenung di tanah perkuburan seorang diri. Dengan izin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang Mesir.

Lelaki itu tidak tampak wajahnya, kerana terhalang tutup kepalanya yang menyorok ke depan. Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya," Biar aku tangani jenazah ibumu, pulanglah !". kata orang itu. Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akan menunggu jenazah ibunya. Syukur-syukur mau menggali lubang untuk kemudian mengebumikan ibunya. "Aku minta supaya kau jangan tengok ke belakang, sampai tiba di rumahmu, "pesan lelaki itu. Hasan mengangguk, kemudian ia meninggalkan perkarangan kubur. Belum sempat ia di luar lokasi. terasa keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan jenazah ibunya. Sedetik kemudian ia melihat ke belakang. Betapa pucat wajah Hasan, melihat jenazah ibunya sudah dijilat api, kemudian api itu menyelimuti seluruh tubuh ibunya. Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari arah yang berlawanan, api datang ke wajah Hasan. Hasan ketakutan. Dengan langkah seribu, ia pun bergegas meninggalkan tempat itu. Demikian yang diceritakan Hasan kepada ulama itu. Hasan juga mengaku, bahwa separuh wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman karena terbakar. Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yang diungkapkan Hasan. Ia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengan khusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh ibunya. Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada Hasan, apa yang telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu. Ulama itu meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan izin Allah akan hilang. Benar saja, tak berapa lama kemudian Hasan kembali mengabari ulama itu, bahawa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar biasa, semakin hari bekas kehitaman hilang. Tanpa tahu apa yang telah dilakukan ibunya selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh Allh SWT. Semoga kisah nyata dari Mesir ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Amin

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...